Monday 16 February 2009

MELIHAT DIRIKU DI SETIAP SISI1

0 comments
Dalam islam wanita tidak pernah sedikitpun dikebiri kebebasannya dalam meningkatkan kualitas dirinya untuk maju. Wanita seperti halnya lelaki diberi kebebasan dalam menuntut ilmu, bekerja (membantu suami) dll. Kita tahu Khadija, istri nabi yang memiliki kekayaan berlimpah sebagai bisnis women yang sukses. Kita tahu Aisyah, yang dengan kecerdasannya mampu menghafalkan ratusan hadits-hadits rasullullah. Dan kita tahu bagaimana seorang Syafiah turut berperang/berjihad di dalam salah satu peperangan bersama nabi. 2

Fathimah masih bertahan di depan komputer. Rasa kantuk yang datang telah coba diusirnya dengan segelas kopi tulen. Kebiasaan buruk itu memang susah dihilangkan meski sebetulnya dalam salah satu muwashofat yang harus dipenuhinya adalah tidak mengkonsumsi kopi, teh dan minuman yang tidak baik untuk kesehatan. Apa boleh buat.. gadis itu harus bertahan dan membaca sebagian files yang diwariskan oleh para pendahulunya. Ia ingin belajar dari sejarah. Bukankah belajar sejarah adalah keharusan untuk menjadi maju dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Ada pula yang mengatakan bahwa orang yang bijak adalah orang yang mau belajar dari sejarah.

Gadis 22 tahun itu menghentikan aktivitasnya begitu mendengar HP yang diletakkan di meja sebelah bergetar. Ada satu pesan masuk.

“Teruntuk U’Fathimah. Bismillah.. Ukhti, Insya 4JJi ana akan menggenapkn dien ana. Tgl 28 Okt jam 7 pgi (Akad&walimah). Mhn doa dan kehadirannya. Syukron. Wulan.”

Gadis itu tersenyum. Subhanallah! Alhamdulillah! Berulang-ulang tasbih dan tahmid pun terlantunkan dalam hatinya. Teman ngajinya masa SMA satu demi satu menggenapkan diennya.
Kapan giliranku?

Tanya itu kemudian ditepisnya. Masih banyak hal yang perlu dipersiapkan. Ia ingin ketika masa itu tiba ia telah benar-benar siap. Baginya menikah adalah rekayasa dakwah, bukan lintasan keinginan yang harus dituruti. Emangnya seperti buat mie instant? Gadis itu lagi-lagi tersenyum. Fragmen-fragmen yang berserakan yang telah dilaluinya pun hadir menyapa; menghentikan aktivitasnya beberapa waktu.

SEPENGGAL FRAGMEN SEORANG ‘MBAK’

“‘Wanita yg baik adl utk laki2 yg baik & laki2 yg baik adl utk wanita yg baik2’. Mba’ ukuran wanita baik2 tu seperti apa?& bagaimana? Aq bingung, apa ya hrs pake kerudung/jilbab besar? Af1 ganggu”

Malam itu HP sengaja tidak kuaktifkan. Rasanya tiap SMS yang masuk, membuatku semakin tertekan. Biasa, kalo’ lagi stress tiap bunyi dari ‘kotak unyil’ itu terdengar berisik dan mengusik ketenangan yang beberapa hari terakhir ini tak kutemukan. Esoknya ketika HP kembali aktif, beruntun SMS masuk memenuhi inbox. Salah satunya berisi pertanyaan Ika, salah satu adik binaanku. Pertanyaan yang cukup menarik, yang menurutku wajar ditanyakan oleh seorang gadis yang mulai menginjak usia dewasa.

Astaghfirullah!

Beberapa kali kulantunkan istighfar, teringat janji untuk siap dihubungi kapan saja.


“Pokoknya kalo’ ada permasalahan hubungi mbak. Kapan saja, Insya ALLAH online 24 jam.”

“Boleh free talk, dong Mbak?”

Aku tersenyum dan mengangguk, “Kalo’ nggak diangkat berarti nggak dengar.”

Ya! Ternyata aku nggak bisa memenuhi janji apalagi kalau pulsa lagi kosong.. Free talk sih Oke, tapi kalo’ SMS? Nggak bisa ngasih a good service, dong! Tapi Alhamdulillah, sebagian telah mengerti. Semacam kesepakatan nggak tertulis:kalau nggak membalas SMS artinya nggak punya pulsa.

Namun yang terjadi sekarang: aku telat membalas SMS bukan karena pulsa. Aku sedang tidak ingin dihubungi oleh siapapun. Hmh… something wrong with my hearth. Biasa sedang banyak deadline. Astaghfirullah. Aku harus ber-istighfar dengan benar.

Kubaca SMS itu sekali lagi. Beberapa kali aku tertegun, mencoba mencerna kembali pertanyaan itu. Kata-kata yang sebenarnya lebih tepat untuk kumamah kembali. Sebab menjadi wanita yang baik memerlukan proses dan tidak bisa dicapai dalam sekejab. Aku jadi teringat lembar kajian muslimah yang kususun waktu masih di keputrian Rohis SMU. Dari beberapa buku rujukan, disebutkan kriteria tentang wanita yang baik (baca: shalihah). Kriteria yang cukup singkat tapi masih memerlukan banyak penjabaran. Tiga diantaranya, yang sampai saat ini masih kuingat, adalah wanita wanita yang taat kepada Allah, yang taat pada Rasulullah, dan berjihad di jalan-NYA.

Aku tak menemukan kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan wanita yang baik. Apalagi via SMS. Akhirnya aku mengirimi Ika beberapa kalimat yang kuketik dengan ‘kotak unyil’ku.

“Jangan jadikan ukuran kerudung sebagai parameter. Sebab itu hanya penampakan dzahir saja, De’. Ukuran besar kecilnya kerudung tidak selalu berbanding lurus dengan keimanan seorang muslimah. Yang penting menutup aurat dengan baik. Ngerti maksud, mbak, kan?”

“Lantas tentang laki-laki yang baik, Mbak?”

What? Apa maksud adikku.
“Mbak jelaskan pada pertemuan rutin kita, ya!,”


SEPENGGAL FRAGMEN SEORANG UKHTI FSLDK
“Apa kabar Jarmus FSLDK? Hari ini ada syuting jam 14.00. Agenda: evaluasi tim jilbab nas, PPM, dan JKD.”

SMS dari Uni Agustiba Zahara, Koordinator Komisi C FSLDK3, mengingatkanku bahwa hari ini ada syuro’ chatting (syuting). Rasa bersalah kembali hadir, lagi-lagi aku tidak bisa ikut. Jam dua aku masih ada kuliah sampai Ashar. Untuk kesekian kali aku mem-forward SMS itu ke Mbak Anis, berharap ia bisa hadir dalam syuro’ di dunia cyber. Ya! Bagaimanapun chatting adalah alternatif yang yang paling efektif untuk melakukan koordinasi dengan teman-teman antar wilayah di Indonesia.

Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) merupakan salah satu bentuk komunikasi dakwah yang berfungsi sebagai sarana terciptanya gerak dakwah yang teratur, terpadu, kompak saling menguatkan laksana bangunan yang kokoh menuju terbentuknya ummatan wahidah4. Di dalamnya terdapat tiga komisi, dan aku lebih sering berada di komisi C, nama lain dari komisi Jaringan Muslimah. Ada beberapa progam kerja terkait dengan kebutuhan dan isu-isu kemuslimahan yang berkembang. Selain isu jilbab, pornografi dan pornoaksi, Pengembangan Potensi Muslimah (PPM) menjadi agenda yang dievaluasi hampir setiap syuro’.

PPM merupakan sebuah program yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh muslimah sehingga dapat memperlancar aktifitas LDK di kampus dan untuk lebih mengoptimalkan peran muslimah sebagai aktifis dakwah. Hasil akhirnya nanti adalah untuk membuat standarisasi konsep keputrian LDK.

Hmh,.. PPM! Mengeja tiga huruf itu akan mengingatkanku pada training PPM yang sempat kuikuti di Padang akhir bulan Maret yang lalu. Sayangnya, sampai sekarang Buku PPM belum bisa dilaunchingkan. Jarmusnas masih menunggu masukan dari BP-BP5 yang lain. Masukan dari UNS sudah kusampaikan langsung ke Uni Agus.

Tanpa sadar kusenandungkan mars muslimah yang pernah dibawakan para kabid Nisaa’ fakultas-fakultas yang ada Unand:

Dengarlah wahai muslimah
Janganlah pernah menyerah
Berjuang….Fii sabilillah
Muslimah benteng kebenaran
Nan selalu rindu kejayaan
Muslimah pewaris tahta nan gemilang
Pendidik generasi yang cemerlang…..

(Mars Muslimah Universitas Andalas, Padang).

Semenjak Pusat Komunikasi Nasional (Puskomnas), yang dulu dipegang UNS, berpindah ke Unand dan UNS menjadi BP belum banyak progress report dari kinerja yang ada. Tinggal setahun lagi amanah puskomnas ini akan berpindah tangan. Dan dalam hitungan waktu yang sudah lebih setahun aku belum bisa memberikan kontribusi apa-apa. Astaghfirullah!


SEPENGGAL FRAGMEN SEORANG CALON PENDIDIK


Beberapa kali aku tertegun ketika mendengar seorang ummahat bercerita tentang kehidupan rumah tangga. Aku merasa tersindir, seolah-olah taushiyah beliau memang sengaja diberikan kepada orang-orang yang lebih sering berpikir pragmatis sepertiku.

MUSLIMAH TANGGUH! Begitulah aku memberi judul atas rangkaian kata yang beliau susun untuk para gadis lajang yang beberapa di antaranya sudah hampir diwisuda. Intinya: seorang muslimah memang membutuhkan banyak bekal yang cukup untuk kehidupannya yang akan semakin penuh dengan nuansa pelangi. Aku mengangguk dalam diam ketika umi (begitu aku dan teman-teman memanggilnya) bertutur tentang berbagai bekal yang harus dimiliki oleh muslimah, khususnya muslimah yang da’iyah, sebelum menghadapi kehidupan pasca pernikahan.

Ternyata materi tarbiyatul aulad yang selama ini kudapatkan masih belum cukup. Aku memang masih harus banyak belajar untuk menjadi seorang pendidik. Aku jadi teringat SMS dari seorang kakak tingkat yang dikirim ketika aku benar-benar tidak bersemangat menghadapi anak-anak SMP yang kuajar saat PPL.

“Bknny menglng kslahan, siklus hidup adl prss bljr & prss bljr adl manifestasi ibadah seorg muslim & qt akn mdptkn hsil ssnggny stlh maut mjmpt, ktk kubur dilpngkn smp 70 hsta, ktk dplihtkn pntu surga yg akn qt tmpt klak dipadi&sore hr. Dan 1 hal yg prlu qt syukuri, qt saat ni msh dbri ksmptn u bljr, bljr, & bljr smp liang lahat. Tdk smua org mdptkn ksmptn ini, sxpun qt mnggp seolah2 qt org tbodoh di dunia. Niat lurus, nkmti hdp:pkkny apapun yg tjd shw mst go on, nvr give up. Smg 4jji br kmdhn.”

Bagaimanapun seorang wanita, jika ALLAH mengizinkan, adalah seorang pendidik meskipun tidak semuanya menjadi guru di sekolah formal. Dari rahimnyalah kelak akan lahir generasi baru. Di tanganlah pertama kali seorang anak belajar. Jadi tak ada alasan sedikit pun untukku berhenti mencari bekal untuk kehidupan di masa mendatang.

Pernikahan memang indah namun kehidupan pasca pernikahan-lah yang harus lebih dipersiapkan.
ﺏﻱﺖﻱ@F

Wulan…Wulan… berbahagialah. Semoga ALLAH anugerahkan lelaki berhati cahaya sebagai pendamping hidupmu.

Berpikir tentang menikah selalu membuat fantasi Fathimah ke mana-mana. Ia selalu mengkaitkannya dengan posisi wanita di kehidupan selanjutnya.

Menyelami dunia wanita tiada kan ada ujungnya. Sungguh harusnya aku bersyukur ditakdirkan menjadi wanita meski terkadang aku tak mengerti kenapa eksistensiku pun selalu tak jauh dari dunia wanita; di Rohis SMA aku masuk di divisi keputrian, di LDK masuk Bidang Nisaa’, di FS bagian Jarmus, dan baru-baru ini ‘dipaksa’ menjadi bagian dari ‘English Sisters’.

Fathimah pun kembali ke alam nyata. Fragmen-fragmen yang sempat terlintas membuatnya berkaca. Membuatnya merasa tersadar bahwa begitu berat tugas yang diembannya sebagai seorang wanita. Namun bukankah ALLAH menjanjikan keindahan yang lebih di akhirat jika ia ikhlas melaksanakan semua kewajiban yang dibebankan padanya? Perlahan dibacanya kembali tulisan yang ada di layar komputernya. Tulisan yang membahas tentang wanita.

Islam ingin memuliakan wanita menjadi wanita yang aktif yang berinteraksi dengan realita baru,berpartisipasi dalam memeliharanya dan ikut aktif dalam pengembangannya menuju universilitas islam. Ajaran islam yang berkaitan dengan wanita ditujukan untuk mencetak wanita haraki yang aktif dalam pembinaan diri, keluarga, pekerjaan dan masyarakatnya.bila ia mampu menjadi wanita yang aktif lagi positif,wanita baru akan merasakan nilai dari kedudukannya yang hakiki sebagai wanita

Sosok itulah yang seharusnya ada dalam diri kita (akhwat) wanita yang memilki kekhasan yang menjadi dirimya “luar biasa”di mata Allah dan mulia juga di mata sesamanya.yaitu:
Wanita yang memilki kepribadian yang kuat,berani dan percaya diri, berpikir rasional, sistematis, memilki kemempuan intelektual dalam megkritik,mengevaluasi,membangun,menentang dan memilih serta mandiri

Untuk itu saudariku kita dalam proses menuju ke sana dan hal ini harus dimulai dari sekarang dan satukan semua tekad dan optimalkan potensi diri, ambillah bagian dalam barisan para syuhada ALLAHU AKHBAR.. 6


ALLAHU AKBAR! Refleks, gadis itu pun bertakbir usai membaca paragraf terakhir. Ada semangat yang kini membara di jiwanya. Semangat untuk membuat bidadari-bidadari surga cemburu padanya. Sepenggal hadits yang dijadikan pelecut semangat kini diingatnya.

“…wahai Rasulullah, manakah yang lebih baik antara wanita-wanita dunia dengan bidadari bermata jeli? Jawab Rasulullah Saw., wanita-wanita dunia lebih baik daripada bidadari-bidadari bermata jeli sebagaimana bagian luar lebih baik daripada bagian dalam. Mereka lebih baik karena sholatnya, puasanya, dan ibadahnya kepada ALLAH SWT….” (HR. AThabrani)

F@, 25 Oktober 2006:20.24
Special 4: Retno Wulandari, Heni Marina & Hannah Kuswara Nova!Luv u all!

FOOTNOTES:
1 : terinspirasi dari bait-bait Harmoni Voice
Aku bersimpuh di hadapan ALLAH/ Kusujudkan wajahku pada debu-NYA/ Menohon aku agar diridhoi-NYA/ Melihat diriku di setiap sisi/ Agar kutemukan kesejatian/ dan mengerti akan arti kehidupan.
2 : paragraf kedua dari Artikel “EUPHORIA, DISTORSI FEMINISME” yang ditulis Yanti Rahim, saya temukan di antara file “LOKOMOTIF FSLDK” yang dicopy dari FKI Rabbani, Universitas Andalas, Padang
3 : FSLDK=Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus; jaringan Lembaga Dakwah Kampus nasional. Dari hasil FSLDKN XIII di Samarinda, mengamanahi FKI RABBANI UNAND PADANG sebagai puskomnas periode 2005-2007
4 : pengertia FSLDK dari artikel “FSLDKN, MATA RANTAI PERJUANGANPEMUDA MENUJU INDONESIA BARU” yang ditulis oleh Dimas Bayu Susanto, anggota Puskomnas JN UKMI UNS periode 2002-2005
5 BP : Badan Pekerja Puskomnas; berfungsi sebagai kepanjangan tangan dari puskomnas untuk lebih memudahkan komunikasi dengan puskomda-puskomda yang berada dibawahnya. UNS adalah 1 diantaranya BP yang ditunjuk oleh Puskomnas, sebagai pendamping untuk wilayah Indonesia timur.
6 : empat paragraf terakhir dari artikel yang sama dengan footnotes ke-2

0 comments:

Post a Comment