Sunday 11 March 2012

ASYIKNYA MEMASAK BARENG MAS ARKAN

1 comments

Setelah hampir empat tahun menikah, akhirnya tibalah aku pada sebuah kesimpulan bahwa memasak adalah ketrampilan yang berbanding lurus dengan jam terbang. Seperti halnya belajar bahasa, semakin diasah semakin lihailah kita. Tak perlu ada kekhawatiran akan hasil sebuah masakan. Toh, pada intinya memasak adalah mengubah bahan mentah menjadi makanan yang memberikan nutrisi yang diperlukan tubuh.

Setelah terbiasa, insting memasak menjadi sebuah seni berkreasi. Apalagi sekarang ada Mas Arkan yang gampang-gampang susah untuk urusan makan. Tapi semalas-malasnya makan (saking asyiknya main) kalau lapar juga minta makan. Biasanya dengan wajah tak berdosa, sulungku akan berkata, “Ummi, Arkan lapar…”

Atau kalau tidak, ia akan ngamuk-ngamuk. Dan setelah kutanya,” Mas Arkan lapar?”

Secepat kilat, jujur ia menjawab, “Lapaaar……..”

Berhubung aku bukan penganut nasi minded, maka bagaimana pun keadaan ekonomi (tak peduli tanggal muda atau tua karena aku bukan orang gajian:D), setidaknya ada cemilan di rumah. Antisipasi saja kalau aku malas makan nasi. Dan sepertinya hal ini menurun ke Mas Arkan yang suka ngemil. Terbukti sudah bahwa peacky eater –meskipun stadium 1- bisa diwariskan tanpa atau dengan sengaja. Nah, lho.. makanya biasakan makan apapun yang tersaji yang penting bergizi.

***********************************************

Sebenarnya aku lebih suka memasak ketika Mas Arkan sedang lelap dalam tidurnya. Atau setidaknya ada suami di rumah yang mendampinginya bermain. Namun, tak selamanya keadaan ideal seperti itu bisa kutemui, sehingga mau tak mau Mas Arkan akan ikut merecokiku didapur. Jika tidak, ngalamat deh masaknya pindah ke warung:D (Asyik. He2.. )

Pernah aku trauma. Saat itu, ia membantuku memasukkan tahu ke dalam bumbu. Awalnya biasa saja. Ia meniruku memindahkan tahu dari tempat awalnya ke dalam campuran air ketumbar, bawang, dan garam. Tapi tanpa kuduga, muncul ide kreatifnya.

“Arkan bantu, ya, Mi. Sekarang, dicuci dulu tahunya…”

Tanpa dosa, diremasnya tahu ke dalam bumbu sampai hancur seperti bubur. Hiks..hiks.. hancur juga hatiku. Meskipun begitu, kucoba tetap tersenyum seraya berkata, “Iya, Mas Arkan pintar. Kreatif, deh. Tapi lain kali tahunya nggak usah diremas-remas. Ini bumbu, Mas. Bukan untuk mencuci tahu.”

Eh, mujahid kecilku malah senyam-senyum, pringas-pringis tanpa dosa dan ber he-he ria..

Hal itu membuatku selektif memilih jenis masakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kuinginkan.

“Mas Arkan boleh ikut, kalau Ummi masak kue saja.” Tegasku.

***********************************************

Lalu terjadilah rutinitas itu. Begitu bunyi mixer terdengar, Mas Arkan segera mendekat. Dengan wajah riang ia menawarkan kebaikannya, “Arkan bantu, ya Mi..”

“Iya.. tapi tunggu Ummi dulu, ya…”

“Iya.”

Janji…?”

“Janji!”

“Sekarang tambahkan garam, gula. Masukan tepungnya. Tambahkan… bla..bla..” Aku memberi instruksi sambil mengambil bahan yang diperlukan dan memberikan kesempatan pada Mas Arkan untuk menuangnya satu persatu ke dalam adonan. Ia bahagia sekali.

Meski seringkali ada saja unexpected doing yang memancing emosi tapi aku telah berjanji untuk bersabarrrrr. He..he..

Setelah adonan masuk ke dalam cetakan, aku memintanya untuk menunggu, “Sekarang tunggu setengah jam lagi. Kita maen bola dulu, yuk!”

“Yuk..” Ia meninggalkan dapur terlebih dulu.

Tak lama kemudian ia bertanya, “Sudah matang, Ummi?”

“Belum. Sebentar lagi. Sabar, ya!”

“Sudah matang, Mi?” Ulangnya.

“Belum, Sayang…”

“Lima menit lagi, Mi?” Kejarnya..

Aku hanya menggeleng, “Arkan tunggu aja, ya! Nanti kalau sudah matang, Ummi ambilkan.”

***********************************************


Kalau kupikir-pikir, memasak bareng Mas Arkan memberikan banyak sekali pelajaran, baik untukku maupun untuknya. Ternyata benar juga bahwa anak dua tahun ke atas memang sudah bisa dilibatkan dalam aktivitas ini. Meski dapur akan lebih berantakan, waktu memasak jadi lebih lama, dan seringkali ia mengacaukan resep tapi banyak juga manfaat dari pembelajaran ini.

Kalau boleh aku merangkum dari wejangan para senior, manfaat yang akan kita dapatkan saat memasak bersama anak adalah:

  1. Melatih motorik halus dan ketajaman panca indera
  2. Mengajarkan matematika sederhana dan memperkaya kosa kata
  3. Meningkatkan pengetahuan anak tentang beberapa konsep, seperti panas-dingin, keras-lunak, cair-padat, mentah-matang, dsb
  4. Melatih konsentrasi dan daya ingat
  5. Meningkatkan kemampuan anak untuk bekerjasama. Hal ini akan tampak, ketika ia berinteraksi dengan teman-temannya.
  6. Membiasakan pola makan sehat, dsb.


Jadi sebenarnya tak ada alasan untuk tidak melibatkan Mas Arkan dalam memasak. Seru, deh.. setidaknya, aku juga bisa mengelola kecerewetan pada tempatnya. Apalagi setelah matang, ia akan sangat lahap memakannya. Gembira ria sambil berkata, “Enak, ya.. Lagi, Mi.. Terimakasih.”

Ah, Mas Arkan.. kepala Ummi jadi terasa di awang-awang:D

Bukit Gading Indah, 3 Maret 2012: 3.01

1 comments:

Post a Comment